Kebiadaban Bani Ubaid di Mesir



Bahwa Ubaidiyyun ketika masuk negara Mesir dan ingin menyebarkan mazhab Bathiniah, dengan mengklaim dirinya sebagai dzuriyah Nabi SAW serta menjadikan Syi'ah sebagai rujukan untuk menutupi pandangan manusia dari hakikat dakwah mereka, menggunakan berbagai macam cara: mereka mengelabui masyarakat umum dan khusus dengan hadiah-hadiah, pesta, dan perkumpulan-perkumpulan sebagai sarana untuk menyebarkan mazhab.

Selanjutnya mereka menggunakan cara pembunuhan, penjara dan siksaan kepada orang yang menentang mereka khususnya dari golongan Ahlu Sunnah yang mengetahui hakikat dakwah mereka. Sementara manusia secara umum ikut serta dalam perkumpulan-perkumpulan khurofat itu, kerana mereka memerlukan nafkah dan harta, serta kerana senang kepada hiburan dan labuan hawa nafsu.

Disamping itu mereka juga takut kepada raja jika mereka diketahui tidak hadir, sehingga dengan terpaksa ikut takut diazab dan disiksa. Mereka menjadi pelopor, penggerak, pemerkasa kegiatan dan perayaan khurofat lainnya.

Pergerakan itu hampir sama persis apa yang terjadi pada Indonesia namun kadarnya berbeda, jangan sampai peristiwa masa lalu di Mesir terulang disini.

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal" (Surat Yusuf: 111)

Imam Muslim dalam muqaddimah (1/10) sahihnya meriwayatkan sampai sanadnya kepada Muhammad bin Siriin, beliau berkata: "Sesungguhnya ilmu itu agama, maka lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian!!"

Berikut ulasannya,

Bahwa golongan Ubaidiyyun adalah pemerintah mesir sebelum kedatangan Salahuddin al-Ayubi.

1. Nenek moyang mereka adalah Ibnu Dishan Al Qaddah, pengagas dasar aliran Bathiniah.

2. Ubaidillah (Al Mahdi) 200H-297H-322H yaitu: Said bin Husain bin Ahmad bin Abdillah bin Maimun bin Dishan Al Qaddah. Dia mengubah nasab keturunannya dan mengaku keturunan Hasan bin Muhammad bin Ismail bin Ja'far Ash-Shadiq.

Imam Suyuti dalam Tarikh Khulafa' berkata: ". . ..bahkan sebenarnya nenek moyang mereka adalah MAJUSI".

Al Qadhi Abu Bakar Al Baqilani mengatakan: "Al Qaddah, yakni moyang Ubaidillah yang menamakan dirinya Al Mahdi sebenarnya dia adalah seorang MAJUSI".

Ubaidillah adalah seorang yang beraliran kebatinan yang buruk dan bersungguh-sungguh sekali untuk menghapus agama Islam. Dia suka menghabisi para ulama dan para fuqaha, serta hobi menyesatkan manusia ke jalan yang salah. Anak-anaknya berperangai sepertinya. Mereka meniru sikapnya, mereka berani menghalalkan minum arak, seks bebas, dan suka menyebarkan kekacauan.

Az-Zahabi juga mengatakan: "Para peneliti dan pengamat sejarah sepakat bahawa sesungguhnya Ubaidillah Al Mahdi bukan orang baik. "

Muhammad (Al Qaim Bi Amrilllah) bin Ubaidillah (322H-333) Az-Zahabi mengatakan: "Al Qaim bin Al Mahdi bahkan lebih jahat daripada ayahnya. Dia adalah salah seorang ZINDIQ, seorang terkutuk, dan berani mencaci maki para nabi secara terang-terangan. "

3. Mu'ad (Al Muiz Billah) (Lidinillah) bin Ismail bin Muhammad (Al Qaim) (341-365H). Memasuki negeri Mesir pada bulan Ramadhan 362H, berkuasa hanya 5 tahun di Mesir, sebelumnya di Magribi (Morocco) 45 tahun. Dia memiliki keteguhan, kekuatan dan keinginan yang keras, tapi dia peramal yang menampakkan faham Rawafidhah dan menyembunyikan kekafiran.

Raja Ubaidiyyun pertama di Mesir, yang memulai pembangunan ibukota Qaherah Mesir ketika dipimpin oleh panglima Jauhar al Siqili ditahun 358H, dan pada tahun 362H berpindah dari Kairwan (Tunisia) ke Mesir.

Amat ramah kepada Yahudi dan Nasrani. Pada masanya dirasmikan Perguruan Tinggi Al Azhar yang selesai dibina pada tahun 361H, dengan kurikulum Syi'ah Ismailiyah.

6. Nizzar (Al Aziz Billah) bin Mu'ad (Al Muiz) (365-386H). Naik tahta setelah ayahnya wafat, seorang yang mulia dan berani. Pada masanya membangun Perguruan Tinggi Kaherah. Hari-hari pemerintahannya penuh dengan hari raya yang khurofat.

Menghentikan solat tarawih di seluruh negeri Mesir, (pernah) menangkap 13 orang, dipukul, diseret diatas unta dan dipenjara 3 hari hanya kerana solat Dhuha. Seorang dipukul dan diarak keliling kota hanya kerana didapati memiliki kitab Al Muwatho’, karya Imam Malik.

7. Mansur (Al Hakim Bi Amrillah) bin Nizzar (386-411H) Raja Mesir ke-3 dari dinasti Ubaidiyyun dan raja ke-6 dari seluruh rajanya. Naik tahta ketika usia 11 tahun, memiliki tabiat yang aneh dan mengaku sebagai punya titisan Ketuhanan. Memerintah manusia supaya sujud padanya ketika berzikir di masjid, tutur katanya kotor, dan manusia banyak mendapat azab pedih darinya khususnya penduduk Mesir.

Melalui bantuan hamba-hamba Sudan pernah membakar 1/3 Mesir menghancurkan separuhnya, merampas harta, separuh mereka disiksa, kaum wanita dianiaya, bahkan berbuat keji terhadap mereka. Semua berita itu adalah berita-berita yang benar tapi mengerikan.

8. Ali Azh Zhahir Lii'zaz Dinullah (411-428H)

9. Ma'ad Abu Tamim (Al Mustanshir) bin Adz Dhahir bin Al Hakim (428-487H). Naik tahta pada usia 7 tahun, dan terus berkuasa hingga 60 tahun 4 bulan.

Az-Dzahabi berkata: "Sepanjang pengetahuan saya, tak seorangpun yang duduk menjadi khalifah ataupun sultan yang memiliki masa waktu pemerintahan yang lebih panjang darinya. "

Pada masanya (462H) terjadi huruhara dan kelaparan yang amat dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak zaman Nabi Yusuf. Padahal Mesir adalah negeri yang subur dan banyak orang kaya, akan tetapi kekayaan itu untuk dibazirkan oleh pemerintah dengan perayaan-perayaan penuh khurofat hingga akhirnya mengalami kekurangan makanan dan kelaparan yang luar biasa. Saat itu manusia memakan manusia lainnya, ada orang yang sanggup menghabisi anak-anak dan istri mereka, lalu dagingnya dimasak dan dijual. Mereka membuat lubang untuk mengubur kepala dan jari-jarinya.

Binatang-binatang tunggangan juga dimakan, hingga tidak tersisa di Mesir kecuali 3 kuda milik penguasa Mesir, yaitu Al Mustanshir, sebelumnya ada ribuan. Gajah pun ikut mati, anjing dijual dengan harga 5 dinar. Ada menteri yang keledainya dicuri oleh 3 orang, lalu Raja menghukum mereka, menyalibnya diatas tiang gantungan, esoknya tulang-tulang mereka berserakan ditungku kayu pembakaran kerana dimakan manusia. Mereka juga membunuh para ulama’.

Adz Dzahabi menceritakan di dalam ‘Siyaru A'laamin Nubala XVI: 148, 149’ menyatakan:

"Abu Dzarr al Hazh berkata: "Abu Bakar An Nablusi dipenjara oleh Bani Ubaid dan disalib demi (kerana) mempertahankan Assunnah. " Ad Daraquthni sambil menangis menceritakan kisahnya itu. Beliau menuturkan: " Ketika dihabisi, Abu Bakar masih sempat membaca firrman Allah:

Al-Isra’: 58. "Dan tiada sesebuah negeri pun melainkan Kami akan membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami menyeksa penduduknya Dengan azab seksa Yang berat; Yang demikian itu adalah tertulis di Dalam Kitab (Luh Mahfuz)."

Abu Faraj Ibnul Jauzi berkata: "Jauhar, komandan perang bawahan Abu Tamim pemimpin Mesir memanggil Abu Bakar An-Nablusi yang ketika itu sedang menziarahi rumah-rumah orang fakir, Ia bertanya: "Apakah engkau pernah membuat pernyataan bahawa apabila seorang lelaki memiliki 10 anak panah, maka hendaknya satu panah ia tembakkan ke Romawi dan 9 lainnya kepada kami?"

Beliau menjawab: "Aku tidak pernah menyatakan demikian. Namun yang kukatakan, kalau seseorang memiliki 10 anak panah, hendaknya ia menembakkan 9 anak panah itu kepada kalian, sedangkan yang ke-10 juga ditembakkan kepada kalian!! Kerana kalian telah mengubah agama, membunuh orang-orang soleh dan mendakwa memiliki cahaya ketuhanan!!!"

Merekapun menyoal beliau sampai beliau mengaku dan memukulnya, kemudian mereka memanggil orang Yahudi untuk menghabisinya. "

10. Ahmad (Al Musta'li Billah) bin Al Mustanshir (487-495H)

11. Manshur (Al Amir Biahkamillah) bin Ahmad bin Al Mustanshir (495-524H) Naik tahta berusia 5 tahun setelah kematian ayahnya. Sangat dekat dengan Nasrani, memberikan kepada para pendeta di gereja-gereja 10,000 dirham setiap kali keluar untuk berburu, sehingga tabung gereja Mesir bertambah besar pada waktu itu. Pada masa-masa akhir pemerintahannya terjadi kelaparan yang amat hebat.

Dia sangat suka dan berani menumpahkan darah, berani melakukan perbuatan jahat dan berani membenarkan perbuatan keji. Memegang tampuk pemerintahan selama 29 tahun, dengan 20 tahun diwakilkan kepada menterinya.

Ketika kematiannya beliau tidak mempunyai anak.

12. Abdul Majid (Al Hafidz Lidinillah) bin Muhammad bin Al Mustanshir (524-544H) Dia sering berbuat kejam kepada menteri-menterinya.

13. Azh Zha_r Billah Ismail (544-549)

14. Isa al Faiz Binashrillah (549-555)

15. Abdullah (Al Adhid Lidinillah) bin Yusuf bin Muhammad bin Al Mustanshir (555-567H). Adalah akhir raja Mesir dari dinasti Ubaidiyyin, lahir pada tahun 546H. Sangat condong kepada Syi'ah, berlebihan dalam mencela sahabat nabi, menghalalkan darah ahlus sunnah, senang menumpahkan darah dan suka kepada orang-orang fasik.

Az Zahabi dalam Siyar A'lamu Nubala (15/212), menyebutkan bahawa raja terakhir dari Ubaidiyyah adalah Al 'Adhid Lidinillah yang dibunuh oleh Salalhuddin al-Ayyubi tahun 564H , dia mengatakan, "Dan hilanglah Kuasa Al Adhid bersama kehadiran Sallahuddin"

Gerakan Bathiniyah telah memporak perandakan kerajaan Islam pada zaman kekhalifahan Bani Abbasiyah. Mereka berhasil memecah belah wilayah-wilayahnya dan menyebarkan fahaman zindiq dan ilhad sehinggal akhirnya Salahuddin Al Ayubi muncul menghancur segala habis sisa-sisa Majusi dan mengembalikan daulah Ahlus Sunnah wal Jamaah kepada kaum muslimin kemudian usahanya ditumpukan kepada pembersihan negeri-negeri Islam dari kaum salibiyyah.

Aksi-Aksi Mereka

1. Mereka mengadakan peringatan kegiatan-kegiatan penuh khurofat secara umum dan secara khusus pada masa kepemimpinan Al Ubaidiyyun, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh siapapun.

Al Muqrizi berkata: "Dengan adanya peringatan-peringatan yang dijadikan oleh kelompok Fatimiyyun sebagai hari raya dan pesta seperti itu pengaruh mereka bertambah luas dan mereka mendapat keuntungan yang banyak.

Para pemimpin Fathimiyah,memiliki banyak hari raya dan peringatan setiap tahunnya, di antaranya adalah peringatan / perayaan:

a) Peringatan akhir tahun, awal tahun, Hari Asyura,

b) Peringatan Maulid Nabi, Maulid Ali bin Abi Thalib, Maulid Hasan, Maulid Husein, Maulid Fathimah Az Zahra, Maulid raja yang sedang menjabat.

c) Peringatan awal bulan Rajab, malam pertengahan bulan Rajab

d) Malam awal bulan Sya'ban, malam Nisfu' Sya'ban

e) Awal bulan Ramadhan, pertengahan Ramadhan, akhir Ramadhan

f) Hari raya Idul Fitri & Hari Raya Idul Adha

g) Upacara kematian

h) Menyambut musim hujan dan musim kemarau

i) Peringatan penaklukan teluk

j) peringatan hari Nairuz

k) Hari ulang tahun

l) Hari Kamisan, Hari rukubat, dsb"

Semua ini menunjukkan jauhnya mereka dari Islam dan memusuhi islam walaupun tidak mereka pertontonkan secara lahir. Mereka yang menghidupkan 6 upacara maulid diatas, diantaranya maulid Nabi. Bukan kerana cinta kepada Rasulullah dan keluarganya seperti yang mereka dakwa, tetapi tujuan mereka untuk menyebarluaskan aliran Ismailiyah Bathiniyah yang mereka anuti dan aqidah rusak mereka di kalangan manusia serta menjauhkan mereka dari agama yang benar dan aqidah yang murni dengan acara memaksakan upacara-upacara semacam itu, menyuruh manusia menghidupkannya, memberikan semangat, dan agar mereka mendapatkan keuntungan harta melalui jalan tersebut.

Kepada Ahlus Sunnah tampak kebencian mereka. Mereka melaknat 3 khalifah besar Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar dan Khalifah Utsman dan shahabat-shahabat lainnya, kerana mereka menganggap mereka para sahabat tersebut adalah musuh-musuh Saidina Ali. Sementara keutamaan Saidina Ali dan keturunanya ditulis diatas papan-papan besi dan dinding-dinding masjid.

Mereka mewajibkan seluruh pegawai pemerintahan menganut mazhab Ubaidiyah (Ismailiyah) Bathiniyah, menetapkan undang-undang atas dasar keyakinan tersebut. Untuk menjadi pegawai-pegawai kerajaan di pejabat pemerintahan disyaratkan masuk dalam mazhab Syi'ah.

Telah dijelaskan bahawa upacara Maulid Nabi itu bukan didasari rasa cinta kepada Rasulullah dan keluarganya, akan tetapi satu-satunya adalah agar tercapainya tujuan politik mereka untuk menyebarkan mazhab Ismailiyah Bathiniah.

Untuk menarik perhatian seluruh manusia, mereka mengadakan perayaan-perayaan secara lahir menampakkan kemuliaan, yaitu dengan memberikan penghargaan berupa uang, hadiah kepada para penyair, penulis kerajaan dan ulama, sedekah kepada orang miskin, dan mengadakan pesta. Semua itu dalam rangka menarik manusia agar mereka masuk dalam mazhabnya.

Bukan hanya memanipulasi maulid Nabi mereka pun banyak mendirikan kubur-kubur (palsu) untuk diambil tabaruk dan diziarahi. Sebahagian besar kubur di Mesir adalah dibangun oleh Daulah Fathimiyah.

Apa Kata Para Alim Tentang Mereka?

1. Al Qadhi Al Baqillani menulis sebuah buku tentang penolakannya terhadap mereka yang diberi judul Kafsu Al Asraar wa Hatki Al Atsaar, didalamnya dia menjelaskan tentang keburukan-keburukan mereka dan berkata tentang mereka: "Mereka adalah kaum yang menampakkan faham Rafidhah secara lahir dan menyembunyikan kekafiran. "

2. Jumhur ummah mencacat nasab mereka, dan menyebutkan mereka adalah keturunan Majusi atau Yahudi. Inilah kesaksian masyhur para ulama Thaif dari 4 mazhab, ahlul kalam, ahli nasab, orang awam dan sebagainya.

Yusuf Ar Ru'yani berkata: "Para ulama Qayruwan sepakat bahawa orang-orang dari Bani Ubaid adalah orang-orang murtad dan zindiq kerana mereka melakukan penentangan terhadap syari'ah."

3. Ahlul ilmu membatalkan nasab mereka, seperti Ibnu Jauzi, Abu Syamah, Al Qadhi bin Khaliqan dalam Kitab sejarahnya. Bahkan mereka menulis buku khusus membongkar mereka seperti Al Qadhi Al Baqillani yang mengatakan mereka adalah keturunan MAJUSI dan aliran mereka lebih berbahaya dari mazhab Al Ghaliyah. Mereka lebih kafir dari mazhab Al Ghaliyah tersebut.

Abu Ya'la dalam Al Mu'tamad menjelaskan dengan panjang lebar tentang kezindikan dan kekfiran mereka. Juga Abu Hamid Al Ghazali dalam Fadha’il al Mustadzhiriyah wa Fadahil al Bathiniyah, dia berkata: "Secara lahir mereka Rafidhah, tetapi batinnya kafir mutlak!!"


Waallahu Alam


Copas dan share sebanyak-banyaknya....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah 4 Ulama Bergelar Sunan Gunung Jati yang Wajib Diketahui

PRABHU AMANGKURAT AGUNG

Inilah Strategi Jitu Mereka