Akar Konflik Internal Klan Ba'alwi
Banyak dari masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, mudah terprovokasi oleh ajakan-ajakan yang sifatnya konfrontatif. Realitas saat ini, banyak dari kalangan Klan Ba'alwi berakidah kastanisasi rasis penyembah berhala nasab yang mengklaim secaea sepihak bahwa dirinya sebagai dzuriyah Nabi, menjadikan sentralisme pribadi guna menarik simpati. Mulai dari penghormatan secara rasisme hingga pengkultusan akibat fanatisme berlebihan.
Ternyata ada pergulatan internal dalam Ba'alwi di Indonesia. Ada dua sisi dari Habaib Ba'alwi yang memang terjadi. Ada yang ber tasawuf khas Yaman dalam pergerakannya, kemudian ada yang berpolitik yang mencirikan islam politik (jualan agama) sebagai basic ideologi.
Masih belum kering dari ingatan kita, Habib Rizieq Syihab atau HRS, adalah salah satu pimpinan ormas FPI yang sudah dibubarkan. Beragam aksi yang telah ia lakukan bersama FPI-nya, terbukti meresahkan tata nilai kehidupan umat beragama di Indonesia. Meski telah dibubarkan, tetapi harakah (gerakan) dari ormas tersebut masih mendarah daging di tubuh simpatisannya.
Dalam sejarah awal kedatangannya banyak dari kalangan mereka bermigrasi ke Nusantara karena faktor ekonomi. Selanjutnya, Klan Ba'alwi mulai merambah ke berbagai sektor seperti, politik, akademisi, hingga pendakwah.
Pada lingkup pendakwah, kalangan Alawiyyin di awal abad 21, berubah sebagai kelompok yang mampu menggeser peran Kiai Kampung dan Ustadz dalam otoritas keagamaan di berbagai daerah. Ada Habib Klan Ba'alwi kalem yang memang memberikan nasehat-nasehat, ada pula yang sedikit-sedikit mencaci perbedaan. Namun ciri khas mereka tetaplah sama yaitu menjual nasab untuk nasibnya.
Pasca HRS dan FPI-nya dibubarkan, ternyata masih banyak kader yang disiapkan untuk mewarnai aktivisme sosial masyarakat. Sebagai contoh yakni Habib Bahar bin Smith. Setiap ceramahnya yang selalu dibumbui nilai-nilai politis dan konfrontatif.
Bermodal klaim sepihak dan ngaku-ngaku memiliki hubungan darah ke Nabi Muhammad SAW, rupanya mampu menanamkan taqlid yang berlebihan pada sebagian besar umat Islam. Persoalannya adalah umat Islam tidak ingin atau belum menempatkan kalangan Habaib Klan Ba'alwi secara proporsional, karena tersihir oleh mantra pengakuannya sebagai dzuriyah Nabi.
Adalah KH Imaduddin Utsman Al Bantani (LBM PBNU, MUI Banten) dkk muncul di era 2023 memberikan pencerahan kepada umat dengan penelitianya lewat uji pustaka memeriksa sejumlah manuskrip, uji genetika melalui tes DNA, serta secara ilmu filologi atau sejarah. Bahwa nasab Habaib Klan Ba'alwi bukanlah bagian dari dzuriyah Nabi SAW. Darinya semakin hari semakin banyak yang tersadarkan dan merdeka dari belenggu perbudakan spiritual.
Kembali pada konflik internal Klan Ba'alwi, sudah lama dari kelompok mereka dikategorikan masih baik (yang tidak ngaku-ngaku serta jualan nasab) mencium bau yang tidak sedap. Banyak dari jaringan guru-murid alumni Yaman telah keluar dari ajaran tarekat Alawiyah. Hal ini disebabkan konflik perbedaan metode ajaran yang bermuara juga terhadap akhlak Habaib Klan Ba'alwi.
Seperti yang disampaikan oleh sebagian Habib. Banyak dari alumni Yaman yang ikut ‘keracunan’ konflik internal Ba'alwi. Mulai dari keterlibatan aksi demo 212, aksi intoleran di daerah, sampai berkata buruk di media sosial. Fenomena Habaib politik ini mengubah sisi fanatisme di kalangan pemuda. Walhasil, anak muda lebih memilih majelis yang diasuh oleh Habib ‘garang’ yang dapat masuk di alam pikiran dan sanubari.
Waallahu Alam
Copas dan share sebanyak-banyaknya....
Komentar
Posting Komentar